Terkini

Rintik Doa untuk Narjek
"Dalam hangatnya obrolan, dalam kelakar yang sederhana, kau hadir dengan penuh arti, tanpa pernah mencuri sorot ...."
Manusia dan Indra
"Manusia adalah apa yang dialami oleh indranya ...."
Menyambung Nyawa
"Geram badai pinta hujan, lalu sembunyi, menyepi meniup awan ...."
Sejiwa Rindu
"Sejiwa rindu, sejati cinta. Merindu ...."
Buang Muka
"Ini muka masih menyapa, lewat tatap tapi tak ditatap. Buat apa ...."

Penat
"Lama-lama makin remang, makin jauh ...."
Kopi Mulai Dingin
"Ketika kopi sudah terlanjur larut malam ini. Tak ada lagi tanya yang mampu bertanya, apalagi seru, menyeru ...."
Sekantong Rindu di Meja Kerja
"Melihatku saja kau enggan, apalagi mengurus mayat hidup ini! Si Nyonya besar masih sibuk ...."
Pawana Berdesir
"Patera berbuai-buai, terhinggut pawana yang berdesir lamban. Dan itu bekas-bekas hujan telah berhasil merakit cakrawala dengan aura gelita ...."
Pulang
"Ada saatnya seseorang harus pulang ...."
191 LANGKAH (dalam ruang tak bernama)
"Aku dan ruangku, berestetika dengan karakter kejadian-kejadian yang kau dan dia berikan ...."
Rintik Temaram
"Lagi-lagi aku lelah, kemudian tersimpuh. Ah, terserahlah ...."
Rayuan Rinai Hujan
"Titik-titik air itu terlihat jelas jatuh satu per satu dari ujung daun. Bening. Menambahkan keceriaan butir-butir hujan yang terjatuh dari langit. Butir-butir kebahagiaan ...."