Rayuan Rinai Hujan
"Titik-titik air itu terlihat jelas jatuh satu per satu dari ujung daun. Bening. Menambahkan keceriaan butir-butir hujan yang terjatuh dari langit. Butir-butir kebahagiaan ...."
 Sumber gambar: Nicholas Githiri, 2018 (dalam www.pexels.com)
  
  
Sumber gambar: Nicholas Githiri, 2018 (dalam www.pexels.com)
  
Rumput-rumput itu telah basah.
Sepertinya ia senang, walaupun hujan hampir membuatnya tergenang. Ah, hujan deras sekali. Beberapa kali guntur dan kilat saling bersahutan di langit abu-abu itu. Namun, gemuruhnya takkan menghentakkan batinku lagi. Hujan begitu indah sekarang. Titik-titik air itu terlihat jelas jatuh satu per satu dari ujung daun. Bening. Menambahkan keceriaan butir-butir hujan yang terjatuh dari langit. Butir-butir kebahagiaan dalam penantian.
Semakin lama semakin deras saja hujan ini. Jam ini telah menunjukkan jam satu siang. Matahari itu hilang. Ruang ini pun semakin gelap saja. Tapi masih tetap terasa indah dengan adanya perang antara kilat dan guntur di langit hitam itu. Wah, itu adalah kembang api perayaan kebahagiaanku. Kubiarkan saja diri ini tenggelam dalam lamunan panjang bersama rinai hujan yang masih setia menemaniku.
13.30 ....
Aku tersentak. Seketika aku terbangun dari lamunan ini dan memohon penuh harap agar hujan dapat reda secepatnya. Sudah telat setengah jam! Tak ada mantel, sedangkan aku harus kuliah sekarang. Haruskah aku basah kuyup bersama motorku itu? Hujan, cepatlah kau reda! Aku mau kuliah!
Tapi sayang, sekarang aku hanya bisa terpaku menatap butir-butir hujan yang jatuh dari pucuk daun itu lagi, karena hujan tak mengabulkannya. Aku hanya bisa pasrah melihat hujan mempermainkanku yang sedang bahagia dalam penantian ini.
Maafkanku teman-teman, tak bisa menemani kalian presentasi siang ini. Hujan ini tak bisa berkompromi. Sepertinya ia ingin menemaniku di sini. Menemaniku dalam penantian ini.
Komentar
Beri Komentar