Itu Motor Punyaku
"Muna-munafik. Itu motor punyaku. Lalu kenapa aku berkata, sedang aku pun begitu, aku pun sama ...."

Berbaring di atas ayunan jala-jala hijau, lihati awan sedikit mendung.
Angin sepoi-sepoi goyangkan dedaunan, serasa menari. Tidak juga aku, berbaring di jala-jala hijau, terayun hampir tertidur. Ah, lalu-lalang knalpot! Terlalu berisik. Tak bisa kuterima keberadaan benda-benda berjalan itu. Mereka ribut, macet. Egois aku dibuatnya.
Lalu lihat motor biru bermata burung hantu, bersandar manis pada bibir jalan depan teras. Itu motor punyaku, sedikit kotor, tapi tak sekotor aspal itu. Lalu apa? Itu motor punyaku. Tidak beda, sama dengan benda-benda berjalan yang tak bisa kuterima. Lalu kenapa aku berkata, sedang aku pun begitu, aku pun sama.
Masih berbaring di jala-jala hijau. Luruskan kaki kiri, tangan merangkul kaki kanan yang terlipat. Gerakkan badan ayunkan jala-jala, kiri ke kanan, kanan ke kiri. Lihat itu benda-benda berjalan. Ternyata sama. Muna-munafik. Itu motor punyaku, sama saja. Ribut. Macet. Egois aku dibuatnya. Aku memaki juga berbohong. Ternyata kita sama, kau juga! Saling memaki, juga berbohong.
Komentar
Beri Komentar