Dinding yang Malang

Admal Yasar  • 
"Aku hanya bersikap apatis seperti yang kau lakukan. Seperti kau yang telah berubah menjadi dinding yang benar-benar buta sekaligus tuli ...."
Sumber gambar: Freestocks.org, 2016 (dalam www.pexels.com)

Sejarah kuukir di sana, di dinding itu.

Dinding yang kini berubah menjadi sebuah dinding ketidakpedulian. Dinding yang dulu kujadikan sebagai tempat bersandarku. Dan sekarang telah menjadi dinding yang kokoh dan congkak. Kau terlalu kuat untuk tetap berdiri di sana. Kau terlalu congkak untuk tidak mendengarkanku. Kau tak lagi seindah dinding yang kukiaskan dahulu. Dinding penepis rasa dingin dan panasku. Kau telah berubah menjadi dinding yang benar-benar buta sekaligus tuli.

Hanya ada satu harapan, robohkanlah dirimu. Atau waktu yang akan meruntuhkanmu. Tiba pada masanya kau kan terjatuh. Menunggumu retak, menantikan kau hancur dan tinggallah puing-puingmu. Aku hanya bersikap apatis seperti yang kau lakukan. Hanya menunggu dan kali ini menunggu tak terasa membosankan seperti biasanya.

Menunggumu runtuh bukanlah sebuah tujuan. Menantikanmu roboh bukanlah sebuah hasrat. Salahkan setan yang ada di otak ini. Salahkan dia juga yang telah membuatmu bangga terhadap kekokohanmu.

Dinding ketidakpedulian itu akan musnah dan hancur berantakan diterpa bom waktu. Dan jangan takut, aku akan selalu menemanimu di sana untuk membangunmu kembali dengan ikhlas dan kesabaran yang masih tersisa. Menjadikanmu dinding yang takkan pernah rapuh termakan masa.

Teruskanlah caramu jika kau ingin mengulangi. Aku menunggumu terjatuh. Dan mungkin mengangkatmu kembali dengan caramu yang baru. Jangan lagi ada korban dari keegoisan dan keapatisan dinding itu, selain aku.

Mungkin aku tolol, namun kau lebih tolol karena menganggap aku adalah orang tolol. Robohkan dindingmu atau hancurkan ketololanmu!

Hmm, dasar dinding yang malang.

Komentar