Demi Masa pada Lampau
"Demi wajah langit yang memudar karena pilihan yang tak seharusnya tentang sebuah dilema realita. Aku kembali ...."

Demi keheningan langkah yang terpaku dalam satu aturan yang dinamakan ego.
Demi laknat akan sikap yang menghakimi satu janji. Demi ketidakdewasaan tentang sebuah ketegasan. Demi sikap tak menghargai yang berujung dalam penjara samudra.
Demi mereka yang ditinggalkan dan akhirnya meninggalkan. Demi cerita masa lalu tentang tangis dalam maya. Demi tanya akan jawaban yang ambigu dan berujung mengecewakan. Demi penantian yang tertinggal karena sebuah pilihan yang samar. Demi janji yang diingkari dengan sadar dan ketakutan. Demi pelajaran akan sikap yang salah dalam kemunafikan.
Demi pilihan yang tak seharusnya tentang sebuah dilema realita. Demi logika yang tak logis dalam waktu yang bersamaan. Demi kebingungan atas suatu pilihan yang tak seharusnya dan tak benar. Demi jalan yang salah dan dipaksakan. Demi semua kisah lampau dalam versi yang berbeda. Demi yang tak dilupakan dan terlihat menjauh.
Demi bingkisan manis dan tak tersentuh serta terbuang. Demi peneman sepi dalam suara yang indah. Demimu. Demi masa, pada lampau. Aku kembali.
....
Aku kembali pada kejadian-kejadian lampau yang seringkali mengantarkanku ke penghujung senja. Ketika langit-langit hampir selalu bertampang buram, pudar bersama kilauan rinai air matanya yang kemudian menetes di pundakku.
"Ada apa dengan senja hari ini?"
Seketika itu terdengar bisikan senja begitu pilu. Aku mengerti. Aku menyadari itu.
"Maafkanlah aku, senja."
Dengan separuh kehangatan mentari yang masih tersisa, perlahan kucoba menyelimutinya, juga mendinginkan hatinya dengan kabut malam yang mulai terasa, lalu aku berbisik padanya.
"Tenanglah, senja, karena matahari takkan menerikkanmu lagi. Tenanglah, karena langit akan segera dipenuhi oleh cahaya-cahaya kecil yang berkilau malam ini. Ia tak akan menyelimutimu dengan kabutnya yang amat dingin. Tenanglah, sebab gelap takkan mengganggumu, angin malam takkan membawa bisik rahasiamu pada bintang-bintang yang lain. Mimpi yang buruk takkan lagi mengganggu pulas pejam matamu. Hingga pagi pun tiba, mentari akan segera mengantarkanmu kembali ke sini."
"Jangan lagi ambigu, jadikan aku ceritamu dalam versi yang berbeda," pinta senja mengakhiri tangisnya.
"Lihatlah senja, aku masih di sini, kembali untukmu."
Komentar
Beri Komentar